Hari gini siapa
sih yang enggak punya akun sosial media? Pasti paling enggak, satu orang punya
2 atau 3 akun sosial media, apapun jenisnya. Sayapun punya beberapa akun sosial
media di Facebook, Twitter, Instagram, dan Pinterest. Jangan lupa follow ya,
bisa klik icon di bar samping. Eh, kok malah minta follow sih. Maunya saya
sekarang ngomongin masalah sosial media kok.
Pernah gak sih
kepikiran kalau sosial media itu penuh dengan toxin atau racun-racun duniawi?
Saya pernah ada ditahap dimana sosial media membuat saya iri dengan kesuksesan
dan pencapaian orang lain. Ketika orang lain posting lagi liburan atau punya
barang baru yang saya enggak punya, saya sempat merasa iri. Bahkan saya sempat
merasa kalau hidup saya itu gini-gini aja dibanding hidup mereka yang dinamis
itu. Sempat juga down, uring-uringan ke suami tanpa alasan. Sedih banget ya?
Tapi sosial media memang bisa menjadi sangat racun apalagi kalau kita tidak
bisa melihat dari sisi yang lebih bijak.
Sekarang apakah masih merasa yang sama?
Setelah beberapa
saat saya iri dengki dengan kehidupan orang dan menganggap kalau rumput mereka
lebih hijau, sekarang saya sudah bisa melihat sosial media dari sisi yang lebih
baik. Saya kembali sadar dari rasa iri karena
suatu postingan dari akun yang saya follow, entah siapa saya lupa. Tapi yang
jelas postingan tersebut mengingatkan kalau ada banyak hal lain yang harus kita
syukuri dan tidak lagi fokus pada hal-hal yang belum/tidak dipunya. Misalnya
saya iri dengan handphone teman yang baru diupload di timeline. Padahal
harusnya saya bersyukur karena baru saja ganti laptop baru. Banyak juga orang
yang terlihat mesra di timeline dengan pasangan, eh tahu-tahu cerai. Nah, itu
contoh simpel saja mengapa sosial media bisa menjadi sangat racun dan hal-hal
yang ada didalamnya tidak selalu sama dengan asli.
Bagaimana saya melihat sosial media sekarang?
Sekarangkan saya
fokus sebagai blogger dan content writer, rasanya sangat sayang kalau sosial
media hanya digunakan untuk sekedar pamer atau iri-irian dengan orang lain.
Agar tidak menjadi dosa yang tidak perlu, saya sekarang menggunakan sosial
media sebagai media promosi blog, personal branding, dan hal-hal yang berhubungan pekerjaan.
Melihat postingan kehidupan orang lain sudah pasti ya, tapi saya sudah bisa
mengendalikan rasa iri dan dengki. Sudah enggak mau lagi lah nambah-nambahin
beban pikiran dengan iri sama hidup orang lain.
Apa sih yang harus diperhatikan dari sosial media?
Perkembangan
teknologi, termasuk sosial media, memang seperti pisau bermata dua. Ada banyak
manfaat dan efek buruk yang seimbang. Berikut ini beberapa hal yang harus
diperhatikan saat menggunakan sosial media.
- Mudah mendapatkan teman baru. Tapi apakah dapat teman baru selalu hal yang postif? Tentu tidak. Hal ini karena apa yang kita lihat disosial media tidak selalu sama dengan kenyataannya. Bisa saja dapat kenalan ngakunya jomblo, gak tahunya bapak-bapak beranak 2. Jadi, kitapun tidak boleh percaya begitu saja dengan orang yang kita temui secara online. Ya, meskipun ada beberapa yang memang baik, tapi enggak jarang yang cuma modus dan penuh dusta.
- Cerdas dalam menerima informasi. Sama halnya dengan bertemu orang baru, di sosial media juga banyak informasi yang dibagikan. Tapi nyatanya informasi tersebut tidak selalu benar. Banyak kok berita hoax, ujaran kebencian, bullying, saling menyindir, gossip, dan cybercrime yang lain.
- Tetap positif menggunakan sosial media. Sekarang lagi zamannnya orang ingin viral dengan cara instan. Tapi alih-alih prestasi, orang membuat sensasi yang bikin geleng-geleng kepala. Semuanya dilakukan hanya karena ingin viral. Tapi sebaiknya, kita jangan jadi golongan yang seperti itulah. Sayang banget sama hidup ini.
- Bijak berkomentar. Saya bukan netizen yang aktif komentar disana-sini, tapi cukup sering baca komen-komen orang. Mungkin yang harus diperhatikan lagi adalah bagaimana cara kita berkomentar. Tidak ada yang salah dengan berkomentar atau menyampaikan opini, tapi sampaikanlah dengan cara yang baik. Sekarang ini tuh banyak netizen yang jempolnya lemes gemulai, jadi kalau komentar pada ganas-ganas. Belum lagi ditambah pakai sumpah serapah dan komentar memojokkan saat mengomentari hidup orang lain. Duh.
Memang benar
kalau sosial media itu seperti pisau bermata dua. Tapi karena kita orang yang
mengerti, semoga sosial media memberikan manfaat positif pada kehidupan kita.
Kurang-kurangilah menambah dosa online dan gunakan sosial media dengan bijak.
I’ll see you on the
next post. Bye.
101 % setuju mba i feel u bgt, pernah imperior tapi sekarang pede aja sama karya mau byk atau sedikit like komen bodo amat cz klo kita ga pede pasti kita quit n nyerah, serem klo admin haters tuh suka nyari kesalahan orang
ReplyDeleteIya mbak memang mesti gitu kalau pakai sosial media. Kalau enggak gitu, kitanya yang hanyut sama arus.
DeleteDari sosial media saya mengenal blogger-blogger keren dan membaca blog mereka.
ReplyDeleteSalah satu manfaatnya memang itu mbak. Tapi drama juga buanyak di sosmed
DeleteBetuul.. dulu saya pernah terjebak dalam drama Sosial media. Kalo dipikir2 sekarang ini , " kok kamu kurang kerjaan Vva " hahhaa..
ReplyDeleteBener mbak. Sekarang boro-boro mau komen2 di sosmed. Nulis blog aja udah keteteran.
DeleteDari sosmed saya dapet banyak banget hal positif, cuma karna alasan positif itulah saya jadi balik terus ke sosmed, gimanaa dong? :(
ReplyDeleteSelama masih positif sih gapapa mbak.
DeleteBener banget, Mba. Mendingan medsos kita pakai untuk hal-hal yang produktif dan menghasilkan.
ReplyDeleteIya mbak biar hidup enggak banyak drama
Delete