Ngomongin
perubahan iklim global pasti sudah tidak asing lagi. Fenomena yang satu ini tidak lagi
menjadi isu belaka tapi sebuah kenyataan yang harus dihadapi sebagai
konsekuensi dari aktivitas manusia. Dengan usia bumi yang semakin tua dan
aktivitas manusia yang tidak kenal batas, menyebabkan iklim menjadi tidak stabil
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZQhYNCl22AQ2Ur4HyCJCngDVmDBC9SbjgEnXSmvDD7HeG0DWIGQo1xjiwTMVM9ox3prALYqx6wUVdwC78EeuzpFFQTr0zIBbD3HXXBBDA5NZkVpRpkeRw0IkmC8snCN1OFeQ1OSAPOLSuwfPyG5HDilrlwvPrRo6ebnUNta-3tlo2K2ffgkw2izty2g/w452-h640/climate%20change%205.jpeg) |
Perubahan iklim itu nyata |
Perubahan
iklim ini tidak terjadi dalam waktu satu atau dua tahun terakhir. Namun sudah
terjadi sejak revolusi industri dan semakin hari bukannya menurun namun malah
semakin parah. Salah satu tanda perubahan iklim adalah suhu yang semakin panas.
Suhu yang panas menyebabkan es di kutub utara dan selatan mencair secara
signifikan dan menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem. Selain itu, bencana
alam, kekeringan, dan banjir menjadi efek nyata perubahan iklim.
Meskipun
sudah jelas kalau biang kerok perubahan iklim ini adalah aktivitas manusia,
sayangnya satu dari lima orang Indonesia tidak percaya kalau perubahan iklim
disebabkan oleh manusia. Sedih banget kan, guys? Apa lagi berdasarkan survey YouGov, sebuah komunitas global, Indonesia menjadi negara pertama yang membantah
terjadinya perubahan iklim. Tidak heran sih masih banyak orang Indonesia yang
buang sampah di sungai, tebang pohon sana sini, boros pakai listrik, dan banyak
lagi.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgmLmdPr4RPj4SNxT-5JjTz7pR-j4ZrcbWG2dip_lGD1WOai_sMSqcr8O6a-qS5rQVu5mcfM0SZVI7lPhq7HNMfk2YcRXMjiZX5jqjYa82L0pJnYQfLJLf7-l1qeaSxXYheBJ2p_AZxtGntwqZ9equifOiZpz8X56QSax6xHBpqYt9Yb0hzPyk7di_ZlA/s16000/climate%20change%201.jpeg) |
Perubahan iklim |
Penyebab
perubahan iklim
Aktivitas
manusia memang menjadi penyebab perubahan iklim. Namun masih banyak yang tidak
menyadari aktivitas apa yang secara spesifik menyebabkan perubahan iklim ini. Perubahan iklim merupakan hal kompleks yang saling berhubungan dengan masalah lingkungan yang lain seperti global warming, masalah sampah, pencemaran laut, dan sebagainya. Lalu,
apa sih aktivitas manusia yang menjadi penyebab perubahan iklim?
- Emisi gas
karbon – emisi gas karbon menjadi salah satu penyebab perubahan iklim dunia.
Gas karbon yang dihasilkan kendaraan bermotor, industri, alat elektronik,
hingga peternakan menjadi penyebab utama efek rumah kaca. Aktivitas manusia
yang semakin meningkat membuat jumlah emisi gas karbon juga meningkat secara
signifikan hingga menyebabkan efek rumah kaca dan memicu pemanasan global yang
akhirnya membuat perubahan pada iklim.
- Penebangan
hutan – kalau masih ingat dulu waktu sekolah ada teori bila hutan bisa membantu
membersihkan udara dengan menyerap karbondioksida dan mengubahnya menjadi
oksigen. Lalu, bila penebangan hutan terjadi dimana-mana masih bisakah
mengharapkan hutan sebagai paru-paru dunia? Tidak semudah itu, Ferguso.
Penebangan hutan secara bar-bar inilah yang menyebabkan emisi gas tidak bisa
dibersihkan dari atmosfer dan akhirnya mengguncang iklim global. Belum lagi
proses penebangannya yang menggunakan alat-alat berat juga menambah level emisi
gas karbon. Selain itu, ketika pohon ditebang maka pohon akan melepaskan gas
karbon yang sudah disimpannya. Tentu hal ini menambah jumlah emisi karbon di
udara. Faktanya 11% dari emisi gas karbondioksida berasal dari penebangan hutan
yang mana angkanya setara dengan emisi dari kendaraan bermotor.
- Efek rumah
kaca – green house effect atau efek rumah kaca menjadi dalang naiknya suhu
bumi. Gas karbondioksida, methane, dan gas lain yang terperangkap di atmosfer
menyebab sinar infrared yang seharusnya dipantulkan kembali ke angkasa menjadi
terperangkap dalam kumpulan gas ini. Inilah yang menyebabkan bumi semakin panas,
and hence shifts the global climate.
- Kerusakan
ozon – lapisan ozon berada di stratosfer dan berfungsi sebagai tameng bumi dari
sengatan sinar UV. Namun sejak pemanasan global, lapisan ozon ini semakin
menipis dan menyebabkan sinar UV mengarah langsung ke bumi. Akibatnya suhu bumi
semakin panas dan mendorong perubahan iklim yang lebih cepat. Tidak hanya itu,
kerusakan ozon juga menyebabkan peningkatan resiko kanker kulit karena sinar UV
yang masuk ke bumi.
- Industri dan
peternakan – industri, peternakan, dan pertanian juga turut menyumbang proses
perubahan iklim. Proses tersebut menghasilkan emisi gas karbon, metana, dan
sejenisnya yang memperburuk kondisi efek rumah kaca.
- Pencemaran
laut – tahu gak sih kalau tidak hanya pohon yang bisa menyerap karbondioksida
tapi lautan juga? Yap, laut, terumbu karang, hingga plankton bermanfaat untuk
menyerap karbon dioksida. Namun dengan lautan yang semakin tercemar, fungsi ini
juga semakin menurun dan tidak bisa mengendalikan konsentrasi karbondioksida.
Selain
aktivitas manusia yang menjadi penyebab utama perubahan iklim, namun fenomena
ini juga secara alami terjadi karena hal-hal alamiah. Misalnya perubahan orbit
bumi, intensitas sinar matahari yang semakin panas, gunung meletus (karena
mengeluarkan emisi gas yang terkonsentrasi di atmosfer), dan sebagainya. Meski
ada faktor alam yang berperan dalam perubahan iklim, namun jumlahnya tuh jauh
lebih sedikit dibanding dengan aktivitas manusia. Jadi, ya tetap manusialah
yang menyebabkan perubahan iklim yang semakin cepat.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFuA73_GZMQ6zlNFgfYOaTuRkqqvyvK8V40cmjtiSwztjiEMWH4qalrPw-wG9ZG8mNJZ2Ly1PBB551ez02u9ykPBsN4vi6d6IX98Lu-RG3QOTeSUwen2BVkR_T82j7BVix_hRls5bZR63Na5mkKqTuiAi33ssEM5Cr-r1DRmnTpC1C3hhcC3scaWpldw/w640-h640/climate%20change%202.jpeg) |
Penyebab dan dampak perubahan iklim |
Dampak
perubahan iklim pada level pribadi
Dampak dari perubahan iklim yang selama ini hanya dibahas secara global saja. Banjir dan
kekeringan menjadi salah satu dampak nyata perubahan iklim. Tapi tidak banyak
yang ambil pusing karena dirasa dampaknya tidak sedang terjadi di Indonesia. Padahal
dampak climate change ini memang terjadi secara global misalnya kekeringan
berkepanjangan di Madagaskar, banjir besar-besaran di Eropa, dan sebagainya. Faktanya
11% populasi dunia terancam dampak perubahan iklim seperti kekeringan, banjir,
kenaikan air laut, gelombang panas, dan cuaca ekstrim. Beberapa dampak tersebut nyatanya juga sudah
banyak terjadi kan di Indonesia, hanya kita saja yang kurang aware dengan
perubahan tersebut.
Dampak perubahan iklim lebih dekat dari yang dibayangkan. Pada level
pribadi, ada banyak hal yang dirasakan sebagai akibat dari perubahan iklim ini.
- Suhu semakin
panas – pasti tidak ada yang tidak merasa bila suhu akhir-akhir ini semakin
panas. Malang yang dulu dikenal sebagai kota dingin sekarang sudah tidak lagi. Suhu
harian semakin panas terutama di daerah-daerah konsentrasi industri. Selain
tambah panas, suhu juga tidak menentu karena bisa saja siang hari panas membara
lalu sore-malam hari mendadak menggigil dingin. Fenomena ini tidak terjadi
ketika saya kecil dan semakin dirasakan beberapa tahun terakhir sebagai akibat
perubahan iklim. Berdasarkan penelitian, tercatat tahun 2020 sebagai tahun
terpanas sejak 1880.
- Anomali cuaca – secara teori musim hujan terjadi antara september hingga maret,
sedangkan kemarau terjadi ketika april hingga september. Tapi sekarang sudah
semaunya sendiri. Bulan Juni tiba-tiba hujan juga sudah biasa padahal ini salah
satu dampak perubahan iklim. Terkadang malah siang hari panas membara lalu
sejam kemudian hujan petir dan hujan es. Apa dampaknya? Tentu banyak terutama untuk pertanian karena petani tidak lagi bisa menentukan musim tanam. Belum lagi tanaman yang mati karena anomali cuaca ini menyebabkan gagal panen.
- Mudah sakit
– apa akibat suhu yang tidak stabil dan cuaca yang tidak mementu? Yap, bener
banget yaitu menyebabkan tubuh mudah sakit. Bahkan perubahan iklim ini
dikaitkan dengan peningkatan resiko penyakit pernapasan, waterborne disease
atau penyakit yang disebabkan mikroba pada air, malnutrisi, dan masih banyak
lagi. Mungkin banyak dari kita yang menyadari kenapa sekarang mudah sakit dibanding waktu kecil dulu. Kena hujan sedikit sakit, kena angin sedikit masuk angin. Ini adalah salah satu pengaruh perubahan iklim yang membuat tubuh lebih mudah sakit. Bisa jadi karena perubahan cuaca yang terlalu cepat dan tubuh tidak bisa beradaptasi dengan cepat menyebabkan lebih mudah sakit.
- Kesulitan
air bersih – tahu gak kalau banjir dan kekeringan bisa menyebabkan kesulitan
air bersih? Iya. Tidak perlu jauh-jauh ke daerah lah kalau disini juga kadang
susah air bersih. Air PDAM mengalir tapi keruh, kadang malah tidak mengalir
berhari-hari dan air sumur kering ketika kemarau panjang. Ketika kuliah beberapa tahun yang lalu, air sumur di kos pasti kering kalau sudah masuk bulan-bulan kemarau.
- Kepunahan hewan - kalau yang rumahnya di pedesaan pasti tahu jika datang bulan kemarau, hewan tonggeret atau garengpung dalam Bahasa Jawa akan bersuara dengan nyaring dan khas. Tapi hewan ini hanya akan muncul kalau lingkungan tempat tinggalnya masih asri dan alami. Sudah beberapa tahun saya tidak mendengar suara tonggeret ini yang menjadi salah satu tanda kalau lingkungan sekitar sudah tidak asri dan alami lagi. Atau memang tonggeret sudah tidak ada lagi di desa saya sebagai dampak perubahan iklim.
Perubahan
iklim yang menyebabkan suhu bumi semakin panas ini juga menyebabkan heatstroke. Banyak negara yang sudah dilanda heatstroke ini dan kehilangan banyak
warganya. Sayapun juga merasakan fenomena heatstroke ini dan beberapa kali
mengalaminya. Gejalanya adalah rasa panas dan terbakar pada kulit hingga
terlihat kemerahan dan rasa pusing atau pening karena suhu panas tersebut. Heatstroke yang paling parah pernah menyebab kulit terkena sunburn yang membuat kulit serasa melepuh, panas dan kemerahan padahal saya sudah pakai sunscreen.
Masih ingatkan beberapa waktu yang lalu ada banjir bandang di Kota Batu dengan intensitas besar? Dulu sempat jadi guyonan kalau kota Batu banjir, kota Malang juga ikutan tersapu banjir. Saya pikir itu hanya guyonan belaka namun ternyata menjadi nyata sebagai dampak intensitas hujan yang tidak teratur dan bukit yang ditebang. Sungguh saya ngeri membayangkan daratan tinggi seperti kota Batu tersapu banjir. Dampak banjir dirasakan hingga di kota Malang sampai beberapa rumah di daerah bantaran sungai yang dilalui aliran banjir ikutan terbawa hingga jembatan putus.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhcbwZ2l3xLWEc4SyL9lB-k9L0S4aQs_n563I5k2kBwOC4UDwZOXIfkoLl6HWSOxO7TGfBUTKrFX-dz9XEPCkB1MNwuTA6jHEW2OL32z2ecT1ImZDNT2VVwi_urtmhVeaZHncMfWcLkmtkaW2INMBRWrkpaz3JBAZ0qBKbZ1M-iYg-2PUIISVBrIqFViw/w452-h640/climate%20change%203.jpeg) |
Langkah kecil menghentikan perubahan iklim |
Yuk stop
perubahan iklim dengan cara sederhana ini
Banyak orang
yang skeptis untuk berkontribusi menghentikan perubahan iklim karena
beranggapan bila apa yang dilakukan terlalu kecil dan tidak berarti. Dude, the
little things you do to stop climate change means the world than do nothing.
Tidak ada yang tidak berarti apalagi bila dilakukan dengan konsisten pasti bisa
membantu menghentikan perubahan iklim. Terus, apa saja yang sudah saya lakukan
untuk berkontribusi dalam menghentikan perubahan iklim?
Sering jalan
kaki atau pakai kendaraan hemat energi
Masih ingat
bila kendaraan bermotor menyumbang emisi karbon paling banyak? Jalan kaki atau
pakai sepeda bisa menjadi alternatif mengurangi emis gas karbon. Saya sudah
membiasakan untuk jalan kaki misalnya ke swalayan depan gang atau ke tukang
sayur. Gak perlu lah pakai motor kalau jaraknya dekat. Ya, itung-itung sekalian
olahraga dan berjalan juga baik untuk kesehatan jantung.
Hindari jadi
vampir energi
Hah, vampir
energi? Iya, ini adalah istilah untuk alat elektronik yang diam-diam menyerap
energi listrik. Pernah meninggalkan charger ponsel atau laptop dalam keadaan
tercolok? Nah, ini adalah salah satu contoh vampir energi karena menyerap
banyak listrik padahal tidak sedang digunakan. Solusinya tinggal copot saja
stop kontak yang tidak terpakai. Jangan sampai ada charger atau kabel lain yang
masih tersambung ke stop kontak dalam keadaan idle.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi7Jypymry-CO4jp3edl-CZWu4jompOTc-zAjAiXa0JMlYwueeDkDXwmpmd1A8IXuXSo4fgIjR_f1KlPlOfYQrv8hku25Fv5VWjd5I45qOLygo8nv---gvV5obQG5RTvlqT68kQ8pKSUeWxoBPZDuDyKEv8Qy4Z4C4C0Rl5oWeKA4lD5VzJox81mSwjqQ/s16000/climate%20change%204.jpeg) |
Fakta perubahan iklim |
Batasi
penggunaan plastik
Sampah juga
menjadi masalah yang seperti tidak ada ujungnya. Faktanya tumpukan sampah yang
tidak terurai mengeluarkan emisi gas yang lagi-lagi terkonsentrasi di atmosfer
sebagai gas rumah kaca. Saya sudah menerapkan minimal penggunaan plastik mulai
dari membawa kantong atau tas belanja, membawa botol minum sendiri, menggunakan
sedotan yang reusable, menggunakan produk daur ulang, dan sebagainya. Mungkin
bukan hal yang besar, tapi bisa membantu mengurangi penggunaan plastik secara
signifikan.
Pilih produk
dalam negeri
Apa hubungannya pakai produk dalam negeri dengan perubahan iklim? Tentu ada bestie. Ketika
berbelanja produk impor, maka barang tersebut membutuhkan perjalanan yang lebih
lama untuk sampai ke rumahmu. Proses pengiriman ini menyumbang emisi karbon
karena intensitas penggunaan kendaraan bermotor yang lebih panjang dan lama. Ya kali produk mau dikirim pakai sepeda
gowes. Jejak karbon atau carbon footprints yang dihasilkan oleh pengiriman dari
luar negeri tentu lebih banyak dibanding dengan pengiriman produk lokal. Sehingga
emisi gas karbonnya juga semakin besar dan memperburuk perubahan iklim.
Hal yang sama juga berlaku untuk online shopping. Memang berbelanja secara online sangat mudah dan praktis namun jejak karbon yang dihasilkan lebih besar daripada membeli di pasar atau toko dekat rumah. Belum lagi masalah kemasan dan bubble wrap berlapis yang menambah tumpukan sampah. Yuk, lebih banyak belaja di toko lokal atau pasar.
Zerowaste
Hayo ngaku
siapa yang suka belanja skincare lalu Cuma dipakai sekali dua kali dan berakhir
di laci penyesalan? Coba deh sekarang biasakan pakai produk skincare atau
apapun hingga habis. Tidak hanya skincare, tapi zerowaste juga harus diterapkan
dalam berbagai aspek. Misalnya jangan buang-buang makanan, belanja secukupnya, dan konsumsi apapun secara cukup saja. Hal ini karena sampah yang kita buang juga akan mengeluarkan emisi
gas karbon, lho. Zerowaste juga bisa dilakukan dengan mendaur ulang sampah apapun jenisnya termasuk sampah sisa makanan.
Hemat air
Masih suka
lupa mematikan kran setelah dari kamar mandi? Sekarang jangan lagi ya. Stok air
bersih sudah semakin menipis dengan mencairnya glacier di pegunungan karena
global warming. Bahkan di banyak daerah, kekeringan sudah banyak melanda dan
menyebabkan kekurangan air bersih.
Sustainable fashion
Tahu gak sih
kalau industri fashion dan kecantikan juga ikut berkontribusi dalam percepatan
perubahan iklim? Faktanya proses pembuatan baju dan produk kecantikan juga
memproduksi emisi gas. Belum lagi sampah fashion yang juga turut andil dalam
perubahan iklim ini. Jadi sebisa mungkin sustainable fashion daripada fast fashion. Sustainable fashion ini mendukung proses produksi yang bersih atau
clean production agar tidak mencemari lingkungan dan menggunakan hanya bahan yang ramah lingkungan.
Sebenarnya masih banyak cara mengatasi perubahan iklim mulai dari hal-hal kecil seperti menanam pohon, tidak membuang sampah sembarangan, dan masih banyak lagi. Jangan
pernah merasa bila kontribusi kecil tidak berarti. Even the smallest things
matter. Yang terpenting adalah konsistensi untuk selalu melakukan kegiatan untuk mendukung bumi yang lebih baik. Kalau bukan generasi kita yang menghentikan perubahan iklim demi #untukmubumiku yang lebih baik, lalu
siapa? Menunggu generasi selanjutnya akan membuat perubahan iklim semakin parah
dan semakin mustahil untuk diperbaiki. Ayo, lets #TeamUpforImpact dan ubah gaya hidup untuk menghentikan perubahan
iklim ini.
I'll see you on the next post. Stay safe everyone.
Source:
https://www.conservation.org/stories/11-climate-change-facts-you-need-to-know
https://www.nationalgeographic.com/environment/article/global-warming-overview?cmpid=int_org=ngp::int_mc=website::int_src=ngp::int_cmp=amp::int_add=amp_readtherest
https://amp.dw.com/id/banyak-orang-indonesia-tidak-percaya-manusia-adalah-penyebab-perubahan-iklim/a-48756427