Sunday 17 April 2022

Stop Perubahan Iklim Mulai dari Diri Sendiri #Untukmubumiku yang Lebih Baik

Ngomongin perubahan iklim global pasti sudah tidak asing lagi. Fenomena yang satu ini tidak lagi menjadi isu belaka tapi sebuah kenyataan yang harus dihadapi sebagai konsekuensi dari aktivitas manusia. Dengan usia bumi yang semakin tua dan aktivitas manusia yang tidak kenal batas, menyebabkan iklim menjadi tidak stabil

Perubahan iklim itu nyata

Perubahan iklim ini tidak terjadi dalam waktu satu atau dua tahun terakhir. Namun sudah terjadi sejak revolusi industri dan semakin hari bukannya menurun namun malah semakin parah. Salah satu tanda perubahan iklim adalah suhu yang semakin panas. Suhu yang panas menyebabkan es di kutub utara dan selatan mencair secara signifikan dan menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem. Selain itu, bencana alam, kekeringan, dan banjir menjadi efek nyata perubahan iklim.

Meskipun sudah jelas kalau biang kerok perubahan iklim ini adalah aktivitas manusia, sayangnya satu dari lima orang Indonesia tidak percaya kalau perubahan iklim disebabkan oleh manusia. Sedih banget kan, guys? Apa lagi berdasarkan survey YouGov, sebuah komunitas global, Indonesia menjadi negara pertama yang membantah terjadinya perubahan iklim. Tidak heran sih masih banyak orang Indonesia yang buang sampah di sungai, tebang pohon sana sini, boros pakai listrik, dan banyak lagi. 

Perubahan iklim

Penyebab perubahan iklim

Aktivitas manusia memang menjadi penyebab perubahan iklim. Namun masih banyak yang tidak menyadari aktivitas apa yang secara spesifik menyebabkan perubahan iklim ini. Perubahan iklim merupakan hal kompleks yang saling berhubungan dengan masalah lingkungan yang lain seperti global warming, masalah sampah, pencemaran laut, dan sebagainya. Lalu, apa sih aktivitas manusia yang menjadi penyebab perubahan iklim?

  • Emisi gas karbon – emisi gas karbon menjadi salah satu penyebab perubahan iklim dunia. Gas karbon yang dihasilkan kendaraan bermotor, industri, alat elektronik, hingga peternakan menjadi penyebab utama efek rumah kaca. Aktivitas manusia yang semakin meningkat membuat jumlah emisi gas karbon juga meningkat secara signifikan hingga menyebabkan efek rumah kaca dan memicu pemanasan global yang akhirnya membuat perubahan pada iklim.
  • Penebangan hutan – kalau masih ingat dulu waktu sekolah ada teori bila hutan bisa membantu membersihkan udara dengan menyerap karbondioksida dan mengubahnya menjadi oksigen. Lalu, bila penebangan hutan terjadi dimana-mana masih bisakah mengharapkan hutan sebagai paru-paru dunia? Tidak semudah itu, Ferguso. Penebangan hutan secara bar-bar inilah yang menyebabkan emisi gas tidak bisa dibersihkan dari atmosfer dan akhirnya mengguncang iklim global. Belum lagi proses penebangannya yang menggunakan alat-alat berat juga menambah level emisi gas karbon. Selain itu, ketika pohon ditebang maka pohon akan melepaskan gas karbon yang sudah disimpannya. Tentu hal ini menambah jumlah emisi karbon di udara. Faktanya 11% dari emisi gas karbondioksida berasal dari penebangan hutan yang mana angkanya setara dengan emisi dari kendaraan bermotor.
  • Efek rumah kacagreen house effect atau efek rumah kaca menjadi dalang naiknya suhu bumi. Gas karbondioksida, methane, dan gas lain yang terperangkap di atmosfer menyebab sinar infrared yang seharusnya dipantulkan kembali ke angkasa menjadi terperangkap dalam kumpulan gas ini. Inilah yang menyebabkan bumi semakin panas, and hence shifts the global climate.
  • Kerusakan ozon – lapisan ozon berada di stratosfer dan berfungsi sebagai tameng bumi dari sengatan sinar UV. Namun sejak pemanasan global, lapisan ozon ini semakin menipis dan menyebabkan sinar UV mengarah langsung ke bumi. Akibatnya suhu bumi semakin panas dan mendorong perubahan iklim yang lebih cepat. Tidak hanya itu, kerusakan ozon juga menyebabkan peningkatan resiko kanker kulit karena sinar UV yang masuk ke bumi.
  • Industri dan peternakan – industri, peternakan, dan pertanian juga turut menyumbang proses perubahan iklim. Proses tersebut menghasilkan emisi gas karbon, metana, dan sejenisnya yang memperburuk kondisi efek rumah kaca.
  • Pencemaran laut – tahu gak sih kalau tidak hanya pohon yang bisa menyerap karbondioksida tapi lautan juga? Yap, laut, terumbu karang, hingga plankton bermanfaat untuk menyerap karbon dioksida. Namun dengan lautan yang semakin tercemar, fungsi ini juga semakin menurun dan tidak bisa mengendalikan konsentrasi karbondioksida.

Selain aktivitas manusia yang menjadi penyebab utama perubahan iklim, namun fenomena ini juga secara alami terjadi karena hal-hal alamiah. Misalnya perubahan orbit bumi, intensitas sinar matahari yang semakin panas, gunung meletus (karena mengeluarkan emisi gas yang terkonsentrasi di atmosfer), dan sebagainya. Meski ada faktor alam yang berperan dalam perubahan iklim, namun jumlahnya tuh jauh lebih sedikit dibanding dengan aktivitas manusia. Jadi, ya tetap manusialah yang menyebabkan perubahan iklim yang semakin cepat.

Penyebab dan dampak perubahan iklim

Dampak perubahan iklim pada level pribadi

Dampak dari perubahan iklim yang selama ini hanya dibahas secara global saja. Banjir dan kekeringan menjadi salah satu dampak nyata perubahan iklim. Tapi tidak banyak yang ambil pusing karena dirasa dampaknya tidak sedang terjadi di Indonesia. Padahal dampak climate change ini memang terjadi secara global misalnya kekeringan berkepanjangan di Madagaskar, banjir besar-besaran di Eropa, dan sebagainya. Faktanya 11% populasi dunia terancam dampak perubahan iklim seperti kekeringan, banjir, kenaikan air laut, gelombang panas, dan cuaca ekstrim.  Beberapa dampak tersebut nyatanya juga sudah banyak terjadi kan di Indonesia, hanya kita saja yang kurang aware dengan perubahan tersebut.

Dampak perubahan iklim lebih dekat dari yang dibayangkan. Pada level pribadi, ada banyak hal yang dirasakan sebagai akibat dari perubahan iklim ini.

  • Suhu semakin panas – pasti tidak ada yang tidak merasa bila suhu akhir-akhir ini semakin panas. Malang yang dulu dikenal sebagai kota dingin sekarang sudah tidak lagi. Suhu harian semakin panas terutama di daerah-daerah konsentrasi industri. Selain tambah panas, suhu juga tidak menentu karena bisa saja siang hari panas membara lalu sore-malam hari mendadak menggigil dingin. Fenomena ini tidak terjadi ketika saya kecil dan semakin dirasakan beberapa tahun terakhir sebagai akibat perubahan iklim. Berdasarkan penelitian, tercatat tahun 2020 sebagai tahun terpanas sejak 1880.
  • Anomali cuaca – secara teori musim hujan terjadi antara september hingga maret, sedangkan kemarau terjadi ketika april hingga september. Tapi sekarang sudah semaunya sendiri. Bulan Juni tiba-tiba hujan juga sudah biasa padahal ini salah satu dampak perubahan iklim. Terkadang malah siang hari panas membara lalu sejam kemudian hujan petir dan hujan es. Apa dampaknya? Tentu banyak terutama untuk pertanian karena petani tidak lagi bisa menentukan musim tanam. Belum lagi tanaman yang mati karena anomali cuaca ini menyebabkan gagal panen.
  • Mudah sakit – apa akibat suhu yang tidak stabil dan cuaca yang tidak mementu? Yap, bener banget yaitu menyebabkan tubuh mudah sakit. Bahkan perubahan iklim ini dikaitkan dengan peningkatan resiko penyakit pernapasan, waterborne disease atau penyakit yang disebabkan mikroba pada air, malnutrisi, dan masih banyak lagi. Mungkin banyak dari kita yang menyadari kenapa sekarang mudah sakit dibanding waktu kecil dulu. Kena hujan sedikit sakit, kena angin sedikit masuk angin. Ini adalah salah satu pengaruh perubahan iklim yang membuat tubuh lebih mudah sakit. Bisa jadi karena perubahan cuaca yang terlalu cepat dan tubuh tidak bisa beradaptasi dengan cepat menyebabkan lebih mudah sakit.
  • Kesulitan air bersih – tahu gak kalau banjir dan kekeringan bisa menyebabkan kesulitan air bersih? Iya. Tidak perlu jauh-jauh ke daerah lah kalau disini juga kadang susah air bersih. Air PDAM mengalir tapi keruh, kadang malah tidak mengalir berhari-hari dan air sumur kering ketika kemarau panjang. Ketika kuliah beberapa tahun yang lalu, air sumur di kos pasti kering kalau sudah masuk bulan-bulan kemarau. 
  • Kepunahan hewan - kalau yang rumahnya di pedesaan pasti tahu jika datang bulan kemarau, hewan tonggeret atau garengpung dalam Bahasa Jawa akan bersuara dengan nyaring dan khas. Tapi hewan ini hanya akan muncul kalau lingkungan tempat tinggalnya masih asri dan alami. Sudah beberapa tahun saya tidak mendengar suara tonggeret ini yang menjadi salah satu tanda kalau lingkungan sekitar sudah tidak asri dan alami lagi. Atau memang tonggeret sudah tidak ada lagi di desa saya sebagai dampak perubahan iklim. 

Perubahan iklim yang menyebabkan suhu bumi semakin panas ini juga menyebabkan heatstroke. Banyak negara yang sudah dilanda heatstroke ini dan kehilangan banyak warganya. Sayapun juga merasakan fenomena heatstroke ini dan beberapa kali mengalaminya. Gejalanya adalah rasa panas dan terbakar pada kulit hingga terlihat kemerahan dan rasa pusing atau pening karena suhu panas tersebut. Heatstroke yang paling parah pernah menyebab kulit terkena sunburn yang membuat kulit serasa melepuh, panas dan kemerahan padahal saya sudah pakai sunscreen.

Masih ingatkan beberapa waktu yang lalu ada banjir bandang di Kota Batu dengan intensitas besar? Dulu sempat jadi guyonan kalau kota Batu banjir, kota Malang juga ikutan tersapu banjir. Saya pikir itu hanya guyonan belaka namun ternyata menjadi nyata sebagai dampak intensitas hujan yang tidak teratur dan bukit yang ditebang. Sungguh saya ngeri membayangkan daratan tinggi seperti kota Batu tersapu banjir. Dampak banjir dirasakan hingga di kota Malang sampai beberapa rumah di daerah bantaran sungai yang dilalui aliran banjir ikutan terbawa hingga jembatan putus. 

Langkah kecil menghentikan perubahan iklim

Yuk stop perubahan iklim dengan cara sederhana ini

Banyak orang yang skeptis untuk berkontribusi menghentikan perubahan iklim karena beranggapan bila apa yang dilakukan terlalu kecil dan tidak berarti. Dude, the little things you do to stop climate change means the world than do nothing. Tidak ada yang tidak berarti apalagi bila dilakukan dengan konsisten pasti bisa membantu menghentikan perubahan iklim. Terus, apa saja yang sudah saya lakukan untuk berkontribusi dalam menghentikan perubahan iklim?

Sering jalan kaki atau pakai kendaraan hemat energi

Masih ingat bila kendaraan bermotor menyumbang emisi karbon paling banyak? Jalan kaki atau pakai sepeda bisa menjadi alternatif mengurangi emis gas karbon. Saya sudah membiasakan untuk jalan kaki misalnya ke swalayan depan gang atau ke tukang sayur. Gak perlu lah pakai motor kalau jaraknya dekat. Ya, itung-itung sekalian olahraga dan berjalan juga baik untuk kesehatan jantung.

Hindari jadi vampir energi

Hah, vampir energi? Iya, ini adalah istilah untuk alat elektronik yang diam-diam menyerap energi listrik. Pernah meninggalkan charger ponsel atau laptop dalam keadaan tercolok? Nah, ini adalah salah satu contoh vampir energi karena menyerap banyak listrik padahal tidak sedang digunakan. Solusinya tinggal copot saja stop kontak yang tidak terpakai. Jangan sampai ada charger atau kabel lain yang masih tersambung ke stop kontak dalam keadaan idle.

Fakta perubahan iklim

Batasi penggunaan plastik

Sampah juga menjadi masalah yang seperti tidak ada ujungnya. Faktanya tumpukan sampah yang tidak terurai mengeluarkan emisi gas yang lagi-lagi terkonsentrasi di atmosfer sebagai gas rumah kaca. Saya sudah menerapkan minimal penggunaan plastik mulai dari membawa kantong atau tas belanja, membawa botol minum sendiri, menggunakan sedotan yang reusable, menggunakan produk daur ulang, dan sebagainya. Mungkin bukan hal yang besar, tapi bisa membantu mengurangi penggunaan plastik secara signifikan.

Pilih produk dalam negeri

Apa hubungannya pakai produk dalam negeri dengan perubahan iklim? Tentu ada bestie. Ketika berbelanja produk impor, maka barang tersebut membutuhkan perjalanan yang lebih lama untuk sampai ke rumahmu. Proses pengiriman ini menyumbang emisi karbon karena intensitas penggunaan kendaraan bermotor yang lebih panjang dan lama. Ya kali produk mau dikirim pakai sepeda gowes. Jejak karbon atau carbon footprints yang dihasilkan oleh pengiriman dari luar negeri tentu lebih banyak dibanding dengan pengiriman produk lokal. Sehingga emisi gas karbonnya juga semakin besar dan memperburuk perubahan iklim.

Hal yang sama juga berlaku untuk online shopping. Memang berbelanja secara online sangat mudah dan praktis namun jejak karbon yang dihasilkan lebih besar daripada membeli di pasar atau toko dekat rumah. Belum lagi masalah kemasan dan bubble wrap berlapis yang menambah tumpukan sampah. Yuk, lebih banyak belaja di toko lokal atau pasar. 

Zerowaste

Hayo ngaku siapa yang suka belanja skincare lalu Cuma dipakai sekali dua kali dan berakhir di laci penyesalan? Coba deh sekarang biasakan pakai produk skincare atau apapun hingga habis. Tidak hanya skincare, tapi zerowaste juga harus diterapkan dalam berbagai aspek. Misalnya jangan buang-buang makanan, belanja secukupnya, dan konsumsi apapun secara cukup saja. Hal ini karena sampah yang kita buang juga akan mengeluarkan emisi gas karbon, lho. Zerowaste juga bisa dilakukan dengan mendaur ulang sampah apapun jenisnya termasuk sampah sisa makanan. 

Hemat air

Masih suka lupa mematikan kran setelah dari kamar mandi? Sekarang jangan lagi ya. Stok air bersih sudah semakin menipis dengan mencairnya glacier di pegunungan karena global warming. Bahkan di banyak daerah, kekeringan sudah banyak melanda dan menyebabkan kekurangan air bersih.

Sustainable fashion

Tahu gak sih kalau industri fashion dan kecantikan juga ikut berkontribusi dalam percepatan perubahan iklim? Faktanya proses pembuatan baju dan produk kecantikan juga memproduksi emisi gas. Belum lagi sampah fashion yang juga turut andil dalam perubahan iklim ini. Jadi sebisa mungkin sustainable fashion daripada fast fashion. Sustainable fashion ini mendukung proses produksi yang bersih atau clean production agar tidak mencemari lingkungan dan menggunakan hanya bahan yang ramah lingkungan. 

Sebenarnya masih banyak cara mengatasi perubahan iklim mulai dari hal-hal kecil seperti menanam pohon, tidak membuang sampah sembarangan, dan masih banyak lagi. Jangan pernah merasa bila kontribusi kecil tidak berarti. Even the smallest things matter. Yang terpenting adalah konsistensi untuk selalu melakukan kegiatan untuk mendukung bumi yang lebih baik. Kalau bukan generasi kita yang menghentikan perubahan iklim demi #untukmubumiku yang lebih baik, lalu siapa? Menunggu generasi selanjutnya akan membuat perubahan iklim semakin parah dan semakin mustahil untuk diperbaiki. Ayo, lets #TeamUpforImpact dan ubah gaya hidup untuk menghentikan perubahan iklim ini. 

I'll see you on the next post. Stay safe everyone. 

Source:

https://www.conservation.org/stories/11-climate-change-facts-you-need-to-know

https://www.nationalgeographic.com/environment/article/global-warming-overview?cmpid=int_org=ngp::int_mc=website::int_src=ngp::int_cmp=amp::int_add=amp_readtherest

https://amp.dw.com/id/banyak-orang-indonesia-tidak-percaya-manusia-adalah-penyebab-perubahan-iklim/a-48756427