Wednesday 12 December 2018

Berdamai dengan Masa Lalu dan Hal-Hal yang Saya Sesali



Sebelum lanjut membaca, saya cuma mau mengingatkan kalau postingan ini sarat dengan curhat dari masa lalu saya. Sebisa mungkin saya tidak akan menyebutkan nama orang dari masa lalu, tapi semoga tidak ada yang merasa menjadi bagian dari masa lalu saya.

Siapa sih yang enggak punya penyesalan dari masa lalu, semua pasti punya. Sayapun punya beberapa hal yang saya sesali. Yha, meskipun sekarang sudah tidak terlalu saya permasalahkan, namun semoga hal-hal yang saya sesali dari masa lalu bisa menjadi pembelajaran terutama bagi adik-adik yang masih mencari jati diri.

Penyesalan terbesar saya adalah masalah sekolah.

Maksudnya bukan saya menyesal karena sudah sekolah ya, tapi saya menyesal karena tidak maksimal dalam belajar waktu sekolah. Tell me about it, saya senang dengan jurusan Sastra Inggris yang saya tekuni. Tapi, saya dulu pernah bercita-cita ingin menjadi dokter, sampai sekarangpun masih. Dulu waktu memilih jurusan kuliah, saya urungkan memilih jurusan kedokteran karena selain masalah biaya, juga karena merasa tidak mampu secara akademis. 

Padahal seandainya saya mau belajar lebih giat dan lebih keras dari yang lain, seharusnya sekarang saya sudah menjadi dokter. Namun apa daya saat itu saya lebih fokus malas-malasan, nongkrong sana sini, sibuk cari kenalan daripada belajar. Sekarang tinggal penyesalan yang sering bikin saya kesel sendiri kalau ingat.

Saya menyesal tidak merantau

Penyesalan kedua dalam hidup saya adalah mengapa saya tidak memberanikan diri untuk merantau. Banyak teman saya saat SMA yang memilih kuliah diluar kota and they are fine. Tapi  saya waktu itu mengapa saya tidak merantau saja. Padahal dengan merantau akan lebih banyak pengalaman yang didapat. Sekarang rasanya sudah sulit untuk keluar dari kawasan tempat tinggal karena suami juga kerja di dekat-dekat sini.

Tidak belajar naik motor sungguh-sungguh

Dahulu saat saya SMA, sebagian besar teman saya sudah berani bawa motor sendiri. Sayangnya saya naik sepeda pancal aja masih zig-zag jalannya. Dulu sempat sih diajari naik motor saat awal pacaran dengan suami, tapi terhenti karena sebab yang enggak jelas. Yha, dasarnya saya juga enggak punya motor sendiri. Padahal kalau sekarang saya bisa naik motor sendiri, pasti saya lebih mandiri dan tidak selalu bergantung pada ayah, suami, atau ojek kan.

Lesson learned

Penyesalan memang tidak untuk dipikirkan secara berlarut-larut, tapi saat itu dan sekarang kita semua punya kesempatan untuk memilih. Pikirkan pilihan yang terbaik sehingga tidak perlu ada penyesalan di masa depan. Penyesalan selalu datang terlambat karena kalau datang duluan namanya pendaftaran.

Sekarang saya berusaha untuk selalu melakukan apapun dengan usaha terbaik saya. Even though everything happen for a reason, jangan sampai penyesalan seperti ini terjadi lagi dan menguras emosi. Karena bekerja keras dan berusaha maksimal lebih mudah daripada berdamai dengan masa lalu.

Apakah kamu juga punya penyesalan terbesar yang sampai mengubah jalan hidup? Jangan lupa share ya dikomentar.

I’ll see you on the next post.

10 comments:

  1. Saya tetep gak bisa naik motor mbak.. hahaha.. selain karena pernah nabrak juga karena pernah ditabrak. Jadi gak pernah masuk wishlist. Hahha.. ngeri.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama mbak. Padahal pengen banget gitu bisa ke pasar sendiri dan enggak perlu minta anter. Biar lebih mandiri aja.

      Delete
  2. Kalo saya nyesel gak belajar nyetir mobil sampe bisa :( baru seminggu belajar udah nyerah gara-gara takut ngebaretin mobil ortu huhu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama mbak saya malah belum pernah belajar nyetir. pengen bisa padahal.

      Delete
  3. Kalau aku nyesel bgt kenapa dari dulu benci sm bahasa inggris. Setelah merantau ke Jkt baru sadar kalau bahasa inggris itu penting banget, dan baru sejak itu aku belajar otodidak heheheh

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya malah pengen merantau lho, pengen tahu kota lain itu seperti apa.

      Delete
  4. Toos, g bisa naik motor
    Gpp banyak babang gojek

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau di desa kayak rumahku enggak ada mbak. Jadi tergantung sama ayah atau suami.

      Delete
  5. kalau misal masih takut naik motor, dibiasain pelan-pelan dulu mbak. nanti lama-lama akan terbiasa. cara mengatasi takut kan dengan membiasakan. kalau udah terbiasa apa aja enak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbak, gatel saya pengen bisa. Insyaallah nanti belajar lagi.

      Delete